Wednesday, October 17, 2012

Hacker Pembobol Pentagon Demi Bukti UFO, Lolos dari AS


McKinnon dijuluki "peretas komputer militer terbesar sepanjang masa".


Rabu, 17 Oktober 2012

VIVAnews -- Seorang hacker Inggris, Gary McKinnon memenangkan perjuangan selama 10 tahun melawan ekstradisinya ke Amerika Serikat, untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya membobol sistem keamanan komputer Pentagon, Departemen Pertahanan AS. Dengan menggunakan nnama alias: Solo.

Ia selamat setelah Menteri Dalam Negeri Inggris, Theresa May mengumumkan pada Selasa 16 Oktober 2012, bahwa pihaknya akan memblokir permintaan ekstradisi AS, atas dasar alasan hak asasi manusia. Sebab, McKinnon berisiko tinggi melakukan bunuh diri jika ia dikirim ke AS untuk menghadapi persidangan.

"Saya menyimpulkan, ekstradisi Mr McKinnon akan berisiko tinggi, misalnya membuatnya bunuh diri. Keputusan ekstradisi bertentangan dengan hak asasi yang bersangkutan," kata Menteri May.

Ini adalah kali pertamanya Inggris menolak permintaan ekstradisi sejak penandatanganan kesepakatan dengan AS pada tahun 2003 lalu.

Oleh aparat AS, McKinnon dijuluki "peretas komputer militer terbesar sepanjang masa". Ia dianggap bersalah menyusup ke sistem komputer Pentagon lebih dari satu dekade lalu.

Namun, pria 46 tahun itu mengklaim, ia melakukan perbuatannya hanya untuk mendapatkan bukti bahwa militer sengaja menutupi eksistensi UFO.

Versi AS, McKinnon meretas lebih dari 90 data unclassified pada komputer Pentagon dan Badan Antariksa AS (NASA) pada tahun 2001 dan 2002, menyebabkan beberapa di antaranya rusak. Aparat menyebut, aksi McKinnon menimbulkan kerugian sebesar US$900.000.

McKinnon juga diduga meninggalkan pesan di sistem komputer Angkatan Darat AS yang ia retas pada tahun 2002. Pesan yang berbeda dengan klaimnya mencari UFO. "Kebijakan luar negeri AS mirip dengan pemerintahan yang disponsori teroris...Itu mengapa keamanan merosot pada 11 September tahun lalu (2001). Aku adalah SOLO. Aku akan terus mengganggu hingga level tertinggi."

McKinnon menghadapi ancaman hukum antara enam bulan hingga 6,5 tahun di penjara, berdasarkan UU Federal. Pada tahun 2003 ia menolak tawaran yang akan menurunkan hukumannya menjadi 6-12 bulan di penjara dengan tingkat pengamanan rendah di AS, lalu diikuti transfer kembali ke Inggris dalam rangka pembebasan bersyarat selama 6 bulan.

Sejak itu, ia berjuang keras hampir 10 tahun melawan ekstradisi ke AS, bersikukuh bahwa AS punya rencana tersembuyi untuk mengirimnya ke penjara superketat Guantanamo Bay.

McKinnon dan para pendukungnya berpendapat ia seharusnya diadili di Inggris, sebab itulah TKP di mana ia diduga melakukan kejahatannya.

Upaya hukum McKinnon sebelumnya di Pengadilan Tinggi, House of Lords dan European Court of Human Rights sia-sia. Namun, dua tahun lalu hakim pengadilan tinggi memutuskan, dia yang menderita sindrom Asperger dan depresi bisa jadi bunuh diri saat dibawa ke AS. Psikiater yang memeriksanya memperkuat dugaan itu.

AS kecewa

Departemen Kehakiman AS mengatakan pihaknya kecewa dengan keputusan Kementerian Dalam Negeri Inggris. Namun, menambahkan bahwa "hubungan ekstradisi" antara kedua negara tetap kuat.

"AS menyesalkan keputusan Mendagri Inggri untuk tidak mengekstradisi McKinnon, apalagi keputusan pengadilan Inggris dan Mendagri sebelumnya menyatakan, ia harus menghadapi persidangan di AS," demikian pernyataan Departemen Kehakiman AS.

Sumber: Wired, Reuters, Vivanews

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...