Tak sedikit yang percaya mitos seputar cokelat yang berkembang luas di masyarakat. Ingin tahu fakta sebenarnya? Let’s find out the new truth about chocolate.
PERHATIAN, perhatian, chocolate lovers. Di tahun 2009 ini anda berhasrat menjajal lebih banyak lagi varian cioccolato (demikian warga Italia menyebutnya), sekaligus stay fit? Sure you can do… begitu tagline salah satu iklan kebugaran di TV.
Sebenarnya apa yang menjadi penghalang anda mengkonsumsi cokelat? Takut diet gatot, kependekan dari gagal total, ya? Jera¬watan? Susunan gigi hancur berantakan? OMG! Alih-alih mendengar bahkan mempercayai mitos ples gosip miring seputar si brown ini seperti yang barusan, bagaimana kalau kita pelajari bersama fakta yang sebenarnya. Bersama ahlinya, tentu saja.
Misinya, kita tidak lagi berujar begini setiap kali ditawari cokelat, “No, thanks. Kata orang cokelat itu begini-begini...” Ganti dengan, “Belum tahu ya? Menurut para pakar, cokelat itu bagus buat kesehatan lho. Karena…” Cokelat oh cokelat, we love you so much. So, let’s start!
1. Mitos (-): Cokelat sebabkan kegemukan.
Fakta: Cokelat memang enak untuk dilumat. Tetapi kebanyakan mengkonsumsinya, tidak baik untuk tubuh. Sebaiknya konsumsi sesuai dengan kebutuhan saja, sebutlah 1-2 batang sehari. Walau tak ada bahan makanan tertentu yang bisa menggemukkan badan—termasuk cokelat—sesuatu yang berlebihan, tak sehat tentunya. Dan pola makan secara keseluruhan lah (terutama yang tinggi kalori) yang patut disalahkan. Ditambah lagi dengan lifestyle kurang berolahraga.
2. Mitos (+): Menurunkan risiko serangan jantung.
Komentar anak Medan: “Saya suka dengan cokelat, apalagi setelah saya membaca beberapa buku tentang cokelat dan gizinya. Saya jadi tahu kalau cokelat dapat menurunkan risiko serangan jantung.” Arif (21), Mahasiswa.
Fakta: Menurut berbagai penelitian, cokelat diduga bisa menurunkan risiko serangan jantung, menurunkan tekanan darah dan resistensi insulin. Dapat pula memperbaiki sirkulasi darah arteri. Tentu saja, manfaat ini akan anda dapatkan bila mengkonsumsinya dengan tepat. Nah, kalau mengkonsumsi banyak, sebaliknya, lemak dalam cokelat dapat menyebabkan jantung tertutup lemak secara berlebihan.
3. Mitos (-): Pemicu kolesterol tinggi.
Fakta: Mungkin saja, dengan catatan, bila dikonsumsi secara berlebihan. Bila kolesterol dalam tubuh meningkat, tentunya dapat mengakibatkan berbagai penyakit. Sebaiknya jaga keseimbangan asupan makanan agar kolesterol dalam tubuh netral.
4. Mitos (+): Penghasil mood (suasana hati) positif.
Fakta: Cokelat yang kita konsumsi sekarang ini terdiri dari bahan-bahan yang dicampurkan dengan cokelat murni. Makanya, dengan berbagai rasa, dapat menenangkan suasana hati. Biasanya malah hanya sugesti diri sendiri. Dengan kata lain, karena cokelat dilumat dengan perlahan, orang yang mengkonsumsi pun akan merasa nyaman sendiri. Kandungan phenylethylamine (PEA), a.k.a. ‘love drug-nya’, meski sedikit, kabarnya bisa membuat seseorang mendadak romantis.
5. Mitos (-): Pemicu dada terasa panas.
Fakta: Sebagian orang bisa jadi merasakan begini karena rasa pahit cokelat itu sendiri. Kabar baiknya, cokelat juga bisa dijadikan sebagai penghangat tubuh, karena memiliki kandungan lemak tertentu. Bantuan lemak ini memang terkadang membuat dada terasa panas.
6. Mitos (+): Makanan cadangan saat lapar.
Komentar anak Medan: “Kalau pergi jauh kadang aku suka bawa bekal cokelat, karena lebih simpel. Kalau bawa cemilan lain seperti kerupuk dan lainnya, sedikit malu gitu, karena aku cowok. Nah, kalau terasa lapar saat di perjalanan, aku bisa ngemut cokelat. Jadi cokelat juga bisa dijadikan penolong pertama saat lapar.” Dian (22), Karyawan.
Fakta: Cokelat yang dimakan pastinya dapat mengisi kekosongan lambung kita. Tidak masalah dengan lemaknya. Baik juga kalau cokelat mini diselipkan di tas, untuk jadi cadangan (makanan).
7. Mitos (+/-): Cemilan pencegah kantuk.
Fakta: Tak hanya kopi dan permennya, juga teh, yang berkhasiat mencegah kantuk. Semua cokelat yang diolah dengan berbagai rasa, dapat dikatakan pencegah kantuk karena mengandung sedikit theobromine, yakni senyawa yang mirip dengan kafein. Theobromine juga berfungsi sebagai stimulan, seperti halnya kafein tetapi pengaruh dan sifat yang diberikan berbeda. Senyawa ini hanya ditemukan dalam biji kakao dan produk-produk turunannya.
No comments:
Post a Comment