Wednesday, February 9, 2011

Malas itu Negatif Tapi Kreatif...!


Malas, kata yang seringkali menstimulasi perasaan negatif. Dalam ladang kerja, malas sering dianalogkan sebagai lintah yang mengisap perlahan produktivitas kerja. Ia sebenarnya merupakan kondisi individu dengan segala afeksi/perasaan baik secara sadar maupun tidak sadar untuk bersikap enggan melakukan ataupun menyelesaikan suatu kegiatan/tugas/persoalan. Menunda-nunda penyelesaian pekerjaan, sulit berkonsentrasi pada tugas, bermain games saat jam kerja, sering terlambat ke kantor bisa menjadi indikasi rasa malas.

Malas terbagi dua, malas kronis (menahun) dan malas temporer.

Malas yang kronis merupakan ciri-ciri depresi. Depresi merupakan sekumpulan perasaan negatif seperti gejala murung, kecewa, kelelahan yang amat sangat (fatigue) akibat suatu persoalan yang tidak terselesaikan dan berdampak pada menurunnya kemampuan untuk beraktivitas secara normal (malfungsi sebagai individu dan bagian dari society). Khusus untuk si malas yang kreatif lebih ke arah malas yang temporer/sementara.

Apapun jenis Si Malas, memiliki dua dampak dalam output kerja. Malas yang membuat Anda menjadi kurang produktif atau malas yang membuat Anda justru menjadi lebih produktif. Sebenarnya perbedaannya beti (alias beda tipis). Malas yang tidak pintar diolah akan menjadi malas yang tidak produktif, sedangkan malas yang bisa dikreasikan justru membantu peningkatan kinerja.

Mari membahas malas kerja yang tidak produktif. Malas jenis seperti ini yang biasanya cikal bakal demotivasi kerja–Menurunnya semangat kerja sehingga berdampak negatif terhadap pencapaian kinerja.

Malas yang tidak produktif bisa karena karakter (termasuk minat) orang ybs, bisa karena lingkungan yang tidak kondusif ataupun karena kebijakan organisasi yang tidak selaras dengan kebutuhan individu. Apapun penyebabnya ada satu hal yang perlu diingat, pemikiran Anda mempengaruhi kondisi psikis Anda. Contohnya rasa malas untuk berprestasi sebab merasa peluang untuk berkreasi dikungkung.

Jika Anda merasa bahwa yang perlu berubah adalah orang lain maka malas tidak akan bertransformasi menjadi kreatif. Dengan berfikir bahwa kesulitan berkreasi karena atasan yang tidak memberikan peluang, maka jadilah apa yang Anda pikirkan dan Anda semakin tenggelam dalam ketidakpuasan. Jika anda merasa tidak berkembang karena pekerjaan Anda so boring, so monoton!, maka jadilah hal yang demikian.

Malas yang produktif menuntut sedikit kreativitas untuk mengubah apa yang telah terberi. Jika dilakukan secara rutin justru memulihkan semangat dan memperbaiki kinerja. Setelah bekerja, bekerja dan terus bekerja, minimal 8 jam sehari bagi pegawai kantoran, ada waktunya ketika kita harus memanjakan diri. Bermalas-malasan sedikit untuk merecharge kembali baterai energi sebelum kembali dipapar dengan segudang aktivitas yang stressful.

Ada beberapa kiat untuk menggubah si malas menjadi si kreatif:

1. Mundur sejenak dari rutinitas, dan merefleksikan kembali waktu kerja yang telah digunakan. Jika badan sudah terasa pegal, leher sudah sedikit kaku, itu alarm bagi Anda untuk melihat tumpukan file yang belum dan yang sudah anda kerjakan. Ajukan pertanyaan “apakah yang Anda lakukan tergolong bekerja keras atau bekerja cerdas”. “adakah sebenarnya cara untuk mengefisiensikan waktu sehingga Anda bisa bekerja lebih singkat dengan hasil yang lebih padat?”. Anda bisa mengutak-atik SOP kerja, mendesain program di unit kerja Anda, semuanya lakukan sambil lalu dan dalam keadaan relaks. Ide tidak dipaksakan, biarkan ia mengalir layaknya lamunan yang datang dan pergi.

2. Saat Anda mulai merasakan roh malas menghampiri Anda. Maka ada 2 hal yang perlu dilakukan” lakukan self talk dengan mengatakan pada diri Anda bahwa Anda membutuhkan sedikit waktu untuk rehat. Tidak ada salahnya merokok sebentar, berbincang sebentar dengan rekan, bermain games komputer, namun jadikan malas anda terkontrol dengan menetapkan waktu untuk anda bermalas-malasan, dan komitlah dengan waktu yang anda janjikan pada diri Anda. Jika perlu pasanglah alarm di HP sebagai reminder waktu bermalasan anda telah usai.

3. Malas yang kreatif adalam malas yang mengaktifkan belahan otak kanan Anda yang menjadi narasumber bagi kecerdasan emosi dan kreativitas. Carilah aktivitas yang anda senangi, yang bisa membuat anda relaks dan tertawa lepas kemudian lakukanlah rutin setiap minggunya (tentunya untuk aktivitas luang yang memakan waktu berjam-jam jangan di jam kerja).

4. Tanamkan suatu gagasan dan ulangilah secara terus menerus bahwa bekerja adalah sesuatu yang Anda sukai dan Anda nikmati prosesnya. Bahkan ketika si malas kembali menghampiri jadikan hal tersebut adalah hal yang menyenangkan untuk dilakukan sesekali (seperti butir 2 di atas). Dengan mengkombinasikan butir 2 dan 4 maka ketika anda merasakan stress kerja maka ubahlah pandangan Anda tentang pekerjaan. Jadika ia suatu tantangan untuk menstretching batas kemampuan Anda. Ketika pekerjaan terlalu membosankan maka carilah wisdom dan hal-hal kecil yang bisa dikreasikan dari kemonotonan tersebut. “Seorang master dalam seni kehidupan tidak akan menarik sebuah garis pemisah yang tajam antara pekerjaan dan permainan; jiwa dan raga; pendidikan dan rekreasi”.

Saya jadi teringat satu kutipan bijak dari Thomas Alva Edison

“aku tak pernah bekerja seharipun sepanjang hidupku. Itu sangat menyenangkan”.

Jadi, untuk sementara waktu mari kita bermalas-malasan sembari meresapi bahwa Work is Fun. Bermalas-malasan yang terkendali dan disadari penuh kapan dan bagaimana penerapannya justru akan meningkatkan semangat kerja layaknya perasaan segar bugar dan perasaan siap memulai aktivitas setelah liburan pendek namun berkesan.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...